Minim Sinar Matahari, Produksi Ikan Asin di Sampang Anjlok Hingga 30 Persen
Ach. Mukrim - Sunday, 07 December 2025 | 06:54 PM


salsabilafm.com – Industri ikan asin di Kabupaten Sampang, kembali menghadapi tantangan serius seiring datangnya musim hujan. Kondisi cuaca yang didominasi oleh mendung, curah hujan tinggi, dan minimnya sinar matahari menjadi penghalang utama yang mengancam keberlangsungan produksi tradisional.
Berdasarkan laporan dari beberapa sentra pengolahan, produksi ikan asin mengalami penurunan drastis. Diperkirakan mencapai 30 persen atau lebih selama periode musim hujan ini.
Ruqoyyah, salah satu pengusaha ikan asin di Kecamatan Camplong, Sampang, mengaku minimnya sinar matahari menjadi kendala klasik. Menurutnya, poses pembuatan ikan asin secara konvensional sangat bergantung pada metode pengeringan alami di bawah sinar matahari. Ketika musim hujan tiba, kelembapan udara meningkat dan intensitas matahari berkurang signifikan.
“Biasanya cuma dua hari ikan sudah kering sempurna. Tapi kalau hujan begini, bisa molor sampai empat atau lima hari,” katanya, Minggu (7/12/2025).
Dia menjelaskan, molornya waktu pengeringan ini bukan tanpa risiko. Ikan yang terlalu lama basah atau lembab menjadi rentan terhadap serangan jamur dan pembusukan. Akibatnya, banyak produk yang tidak lolos standar kualitas dan terpaksa dibuang, menyebabkan kerugian materiil bagi produsen.
Permasalahan ini tidak hanya berhenti di tingkat pengolahan. Cuaca ekstrem di perairan juga seringkali menyebabkan nelayan kesulitan untuk melaut dan menangkap ikan segar. Hal ini berdampak pada berkurangnya pasokan bahan baku dan membuat harga ikan segar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) cenderung naik.
“Situasi ini menciptakan dilema ganda bagi pengusaha. Bahan baku sulit didapat, sementara proses produksi juga terhambat oleh faktor cuaca,” jelasnya.
Untuk bertahan di tengah kondisi sulit ini, lanjutnya, para pelaku industri mencoba berbagai cara adaptasi, mulai dari penggunaan penutup plastik bening untuk menciptakan efek rumah kaca saat hujan reda, hingga penataan rak jemur bersusun untuk memaksimalkan sirkulasi udara.
Beberapa produsen skala besar mulai melirik solusi jangka panjang dengan berinvestasi pada alat pengering buatan (oven) bertenaga listrik atau gas. Meskipun membutuhkan modal awal yang besar, teknologi ini menjamin proses produksi tetap berjalan stabil tanpa terpengaruh cuaca.
“Harapannya ada bantuan atau dukungan teknologi dari pemerintah daerah agar kami bisa terus berproduksi meski musim hujan, sehingga ekonomi masyarakat pesisir tetap berjalan,” pungkas Ruqoyyah. (Mukrim)
Next News

Arab Saudi Larang Ambil Foto, Selfie dan Video di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi
8 days ago

Siaga Bencana, BPBD Pamekasan Dirikan Pos Terpadu Hidrometeorologi
8 days ago

Kiai Widadi Rahim Terpilih Sebagai Ketua PCNU Sumenep 2025-2030
8 days ago

Diterjang Gelombang Tinggi, Kapal Nelayan Sampang Karam di Pesisir Camplong
8 days ago

Disperta KP Sampang: Harga Resmi Urea Rp90 Ribu, NPK Rp92 Ribu per Sak
8 days ago

Teriak “Kiamat-Kiamat” di Masjid, Pria Diduga ODGJ di Sampang Diamankan Warga
8 days ago

Bareskrim Polri Ungkap Dugaan Illegal Logging di Hulu Sungai Tamiang
8 days ago

Bupati Aceh Selatan Minta Maaf Usai Pergi Umrah Saat Bencana
8 days ago

UTM Beri Beasiswa 10 Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatra
8 days ago

Polisi Sita 2 Ekskavator di Bangkalan, Diduga Lakukan Aktivitas Galian C Ilegal
9 days ago
